Sejarah Desa Pecatu

19 Januari 2022
Administrator
Dibaca 1.643 Kali
Sejarah Desa Pecatu

Dalam “Lontar Usana” ada tersebut bahwa pada tahun 1135 masehi ada seorang raja yang memerintah di Bali bergelar Sri Wira Dalem Kesari bertahta di kerajaan Kahoripan Bumi Besakih di khaki Gunung Agung, Beliau penganut agama Waisnawa, baginda mendirikan beberapa buah bangunan seperti biara-biara tempat pertapaan para Pendeta atau bhiksu, dan Pura-pura tempat persembahyangan rakyat Bali. ada 17 buah pura yang dibangun oleh beliau, kebanyakan dilingkungan Besakih seperti:  Pemerajan Selonding, Dalem Puri, Lempuyang Agung dan lain-lain.

Di daerah bukit beliau mendirikan tempat pertapaan di goa-goa, selain itu baginda juga mendirikan Kahyangan tempat pemujaan untuk berbakti kepada Bhatara Mahajaya.

Oleh karena itu kahyangan ini disebut Uluwatu, Ulu artinya kepala (pemimpin) Watu artinya Mulia, jadi Uluwatu mengandung makna tempat kepala (pemimpin) yang mulia, jadi kahyangan ini adalah stana (pelinggih) Bhetara Mahajaya, sejak itu daerah ini bernama atau disebut Bukit Uluwatu, yang sekarang disebut Ulubatu (Uluwatu). Untuk memelihara dan penyelenggaraan Kahyangan Uluwatu itu, oleh Sri Wira Dalem Kesari diambil beberapa bidang tanah di lingkungan daerah Ulubatu itu, dijadikan tanah bukit yang hasilnya untuk upacara dan upakara Pujawali di Kahyangan Uluwatu serta pemeliharaannya.

Tanah bukit hasilnya untuk biaya upakara di kahyangan, untuk mengerjakan tanah Pecatu itu oleh Sri Wira Dalem Kesari dititahkan beberapa orang ditempatkan di Tanah Pecatu, Mereka lalu menjadi penduduk Pecatu, orang dari luar menyebut itu orang dari Desa Pecatu, kemudian sejak saat itu tempat itu disebut Desa Pecatu.

Demikian asal mula Desa Pecatu, sampai sekarang penduduknya selain dari orang-orang penduduk bukit asli, kebanyakan penduduk dari orang-orang pendatang.

Didalam “Babad Mengwi” tersebut pada tahun 1686 Masehi pembrontakan I Gusti agung Widia di Gelgel, sehingga beliua dapat menduduki Kerajaan  Gelgel , Pada tahun 1705 I Gusti Agung Widia diserang, beliau mengalami kekalahan dalam peperangan itu, beliau kemudian menyingkir ke Sukawati, pada saat itu yang memihak kepada I Gusti Agung  Widia juga turut menyingkir diantaranya I Gusti Agung Di Made beserta tiga orang putranya  dan Rakyan Ler ( I Gusti Ler) menyingkir kemudian menetap di Jimbaran diiringi oleh 800 orang pengikutnya, I Gusti Agung Di Made tinggal di Pecatu bersama rakyatnya, lama kelamaan I Gusti Ler mendapat kedudukan baik, rakyat I Gusti Agung pindah lalu tinggal di Desa Kapal. Kemudian Pangeran Kapal menyerang Pangeran Beringkit dibantu oleh I Gusti Ler.

Dalam Perang tanding ini kedua Pangeran baik dari pihak Kapal Maupun pihak beringkit gugur dalam perang tanding ini, sedangkan  Gusti Ler menghadapi I Gusti Agung, pada perang tanding ini I Gusti Agung Kalah, dengan kekalahan ini beliau menyingkir ke Rangkan (Keramas), sedangkan I Gusti Ler menduduki Kapal dan Beringkit, setelah I Gusti Agung mendapat kedudukan di Keramas, maka diserang pula oleh oleh I Gusti Ler, pada saat itu keadaan I Gusti agung sangatlah kuat dan terjadilah perang tanding yang sangat dahsyat, yang mengakibatkan kekalahan pada pihak I Gusti Ler , dan terbunuh dalam perang tanding itu.

Setelah I Gusti Ler kalah maka I Gusti Agung Di Made tinggal di Kapal, Putranya yang tertua tinggal di Keramas, sedangkan putranya yang bungsu I Gusti Agung Anom tinggal di Kapal dan beliau mempunyai putra lai-laki bernama I Gusti Agung Putu, beliau ini pernah melarat menjadi tawanan, tetapi akhirnya beliau mendapat kedudukan baik dan dianugrahkan kesaktian dan mendirikan Kerajaan Mengwi. Setelah beliau menjadi Raja ingatlah beliau akan tempat ayahandanya dulu di Pecatu, oleh karena I Gusti Ler kalah, yang dulunya menduduki Jimbaran, akhirnya Jimbaran menjadi milik I Gusti Agung Putu (Raja Mengwi). Jadi penduduk Desa Pecatu dan Jimbaran adalah merupakan penyingkiran dari Gelgel sejak itu tidak pernah lupa akan Kahyang Uluwatu, segala sesuatu yang bersangkutan dengan upacara dan upakara diserahkan kepada penduduk Desa Pecatu.

Seperti yang sudah diuraikan diatas Kahyangan Uluwatu adalah tempat yang mulia dan suci, karena itu Danghyang Nirartha pada abad ke- 16 tahun 1570 Masehi memilih tempat untuk Moksa di Uluwatu, pada tempat itulah Dang Hyang Nirartha melakukan Tapa Yoga Semadi sampai Moksa (ngeluwur), itulah sebabnya tempat itu juga disebut luwur, karena menurut masyarakat Pecatu pelinggih tersebut dimaksudkan juga untuk menghormati Dang Hyang Nirartha.

Dari sejarah kepemimpinan Desa Pecatu, Kepala Desa sejak zaman penjajahan telah beberapa kali mengalami pergantian Kepala Desa dengan sebutan sesuai zaman serta peraturan yang mengaturnya dan kesemua pemimpin desa tersebut telah melaksanakan tugas, fungsi.

wewenang dan tanggung jawabnya untuk membangun desa sesuai kondisi yang ada pada saat itu.

Adapun Kepala Desa yang pernah memegang jabatan di Desa Pecatu sejak zaman penjajahan sampai sekarang yaitu:

  1. I Wayan Tar (almarhum) yang memimpin Desa Pecatu sejak tahun 1906 – 1925.
  2. I Wayan Rempeng (almarhum) memimpin Desa Pecatu sejak tahun1925 -1935.
  3. I Ketut Sadra (Almarhum) memimpin Desa Pecatu sejak tahun 1935 – 1954.
  4. I Wayan Ladra (Almarhum) memimpin Desa Pecatu sejak tahun 1954 – 1969.
  5. I Made Sugiana (Almarhum) memimpin Desa Pecatu sejak tahun 1969 – 1982.
  6. I Ketut Lori yang memimpin Desa Pecatu sejak tahun 1982 – 1983.
  7. I Ketut Retjig (Almarhum) sebagai PJS. Kepala Desa Pecatu sejak tahun 1983 – 1988.
  8. I Ketut Candra (almarhum) memimpin Desa Pecatu sejak tahun 1988 – 1992.
  9. I Wayan Kanten (almarhum) sebagai PJS. Kepala Desa Pecatu sejak tahun 1992 – 1994.
  10. I Ketut Suiasa sebagai Kepala Desa Pecatu sejak tahun 1994 – 2002.
  11. I Made Sumarta, SE memimpin Desa Pecatu sejak tahun 2003 – 2013.
  12. I Made Karyana Yadnya, SE memimpin Desa Pecatu sejak tahun 2014 sampai tahun 2020.
  13. I Wayan Sujaka Ariantha sebagai PJS. Desa Pecatu sejak tahun 2020 sampai tahun 2021.
  14. I Made Karyana Yadnya memimpin kembali Desa Pecatu sejak Tahun 2021 sampai sekarang.

Demikianlah sejarah singkat Desa Pecatu dengan pemimpin desanya yang setiap saat juga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.